OPINI  

Angka Kehamilan Meningkat, Akses Alat Kontrasepsi Sulit

Sulselpedia.com, Opini – Slogan #dirumahaja membuat laju intensitas prokreasi meningkat. Bukan hal yang mustahil jika angka kehamilan akan meningkat pesat ditahun 2020 mendatang. Prokreasi yang menjadi salah satu alternatif kegiatan selama #dirumahaja yang dapat menghasilkan keturunan. Tapi sudahkah kita menggunakan alat kontrasepsi agar tidak terjadi kehamilan?

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat ada sekitar lebih dari 400.000 kehamilan tak direncanakan selama pandemi Covid-19. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19. Sejumlah klinik kesehatan dan kandungan ditutup. Menurut BKKBN, hal ini membuat masyarakat sulit mengakses alat kontrasepsi. Penyuluhan dan kontrol yang rutin dilakukan oleh penyuluh kini dikurangi demi menekan angka penyebaran virus.

Dengan penambahan angka kehamilan itu, di awal tahun sekitar lebih dari 420.000 bayi baru lahir. Perkiraan angka itu didasarkan pada 10 persen dari 28 juta keluarga mengalami kesulitan dalam mengontrol kelahiran.

Baca Juga :  Poros Timur Circular Economy

Padahal seperti kita tahu, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Sulitnya mengakses alat kontrasepsi sepertinya masih menjadi masalah utama yang dihadapi. Penyuluhan dan sosialisasi terkait penggunaan KB sepertinya tidak bisa maksimal dilakukan ditengah pandemi yang saat ini terjadi. BKKBN tengah memutar otak agar penyuluhan dan pengendalian penduduk dapat tetap terlaksana ditengah pandemi yang terjadi.

Diberitakan kompas.com 8 Januari 2020, Badan Pusat Statistik memproyeksi pada 2020 jumlah penduduk Indonesia akan meningkat sebanyak 271.066.000 jiwa. Setidaknya ada sekitar 4,8 juta kelahiran baru setiap tahunnya di Indonesia.

Alat kontrasepsi sangatlah beragam, ada yang jangka pendek atau jangka panjang adapula yang sekali pakai. Penting untuk kita memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk menekan angka kelahiran. Penyuluh KB biasanya menganjurkan agar menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD atau implan yang memiliki waktu pemakaian cukup panjang hingga 10 tahun. Bagi ibu-ibu yang menggunakan IUD atau implan masa pandemi seperti saat ini tidak akan merasakan kerisauan atau kehamilan yang tak direncanakan, malah hal tersebut akan dirasakan oleh ibu-ibu yang hanya menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek seperti kondom, pil, dan suntikan pertiga bulan sekali. Alat kontrasepsi jangka pendek memiliki peluang besar terjadi kehamilan jika kita luput menggunakannya.

Baca Juga :  Politik Imagologi Ala Rektor UNM

Setiap tubuh manusia memiliki perbedaan dalam menerima alat kontrasepsi yang akan digunakan. Penggunaan alat kontrasepsi tak lepas dari kelebihan dan kekurangannya. Bertambahnya bobot tubuh, kulit kusam, tidak mendapatkan menstruasi, berjerawat adalah sederet keluhan yang biasa ditemukan pada ibu-ibu yang menggunakan alat kontrasepsi tertentu. Namun, walaupun demikian angka kelahiran dan pengendalian jumlah anak bisa sangat terkontrol.

Ketimbang memikirkan alat kontrasepsi apa yang digunakan dimasa pandemi ini, beberapa orang lebih sibuk memutar otak untuk memberi makan keluarga. Pandemi Covid-19 banyak berdampak dari segi ekonomi salah satunya para buruh harian yang digaji hanya ketika ia kerja. Membuat sebagian orang hanya memikirkan urusan perut ketimbang alat kontrasepsi yang digunakan ketika akan melakukan hubungan seksual.

Baca Juga :  Bagaimana Stres Bekerja

Edukasi dan sosialisasi yang gencar dilakukan banyak menyasar keluarga ekonomi menengah ke bawah dikarenakan sedikitnya sentuhan edukasi tentang pengendalian jumlah anak, dan mitos banyak anak banyak rejeki yang masih sangat kental. Penyuluh punya peran sangat besar untuk mengedukasi keluarga yang masih memiliki pemikiran demikian ditengah ekonomi yang tidak me
mumpuni untuk memiliki banyak anak.

Indonesia pun masih berhadapan dengan banyaknya kasus stunting, hingga kasus kematian ibu dan bayi. Posyandu yang seharusnya dilakukan setiap bulan sempat mandek beberapa bulan, kini posyandu kunjungan dari rumah ke rumah tengah dijalankan oleh kader posyandu.(*)

(*) Penulis: Karmila Kahar Alumnus FPsi UNM angkatan 2014.

Baca artikel terbaru Sulselpedia di Google News