OPINI  

Polemik Urgensi Kecakapan berbahasa Inggris di Indonesia

“Learning English is an important step forward to all of those goals. The global job market has even created new positions for bilingual people. Language is our primary source of communication, therefore knowing English is very important in modern world”. Lalitm Shukla
“Belajar bahasa Inggris adalah langkah maju yang penting untuk semua tujuan. Pasar kerja global bahkan telah menciptakan posisi baru untuk orang dwibahasa. Bahasa adalah sumber utama komunikasi kami, oleh karena itu mengenal bahasa Inggris sangat penting di dunia modern”. – Lalitm Shukla

Sulselpedia.com – “Kecakapan bahasa Inggris adalah sebuah urgensi yang menuntut peran aktif masyarakat di era globalisasi”. Menggaungkan kalimat ini bukanlah sesuatu yang mudah. Penduduk Indonesia yang tersebar di lima pulau besar dengan 17.000 pulau kecil (data viva.co.id per April 2022) mengakibatkan keragaman budaya yang memungkinkan adanya perbedaan perspektif akan urgensi mempelajari Bahasa Inggris, khususnya di era globalisasi ini.

Dampak lain yang ditimbulkan adalah tidak meratanya informasi dan kesadaran akan pentingnya Bahasa Inggris sebagai media interaksi dan komunikasi Internasional. Sebagian masyarakat justru menganggap bahwa menggunakan Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari hari adalah mereka yang tidak mencintai kebudayaan nasional dan tidak menghormati Bahasa Indonesia.

Baca Juga :  Angka Kehamilan Meningkat, Akses Alat Kontrasepsi Sulit

Sebagaimana “buku adalah jendela dunia”, kecakapan Bahasa Inggris bahkan telah menjadi word gate atau gerbang dunia sebagai situs lalu lintas informasi dan pengembangan khasanah ilmu pengetahuan dalam segala domain seperti pendidikan, ekonomi, sosial, politilk, budaya, dan aspek kehidupan lainnya di berbagai belahan dunia. Namun, pernahkah kita mendengar sebuah ujaran yang menyatakan bahwa“Bahasa Inggris dapat melumpuhkan kekhasan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional”?. Tak dapat dipungkiri, dua sudut pandang yang kontoversi ini layaknya dua sisi mata uang berbeda yang telah menjadi sebuah polemik di masyarakat sejak dulu sehingga menciptakan dilema urgensi akan kebutuhan mempelajari Bahasa Inggris.

Dari kacamata penulis, pemikiran sebagian masyarakat yang menganggap Bahasa Inggris dapat menurunkan kecintaan seorang warga negara terhadap keaslian budayanya masih terlalu sempit. Ini juga bukan merupakan alasan rasional untuk menutup diri dari panggung dan pentas internasional sehingga tak mau belajar Bahasa Inggris. Jangan salah, tolak ukur nasionalisme tidak hanya ditunjukkan dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Menggunakan produk-produk dalam negeri, menaati hukum yang berlaku serta menunjukkan prestasi di ajang internasional juga menyiratkan wujud kecintaan seorang warga terhadap bangsa dan negaranya.

Baca Juga :  ICAN English: Tempat Terbaik untuk Belajar Bahasa Inggris Online

Mari membayangkan bagaimana peluang dan kesempatan untuk menjadi juara dunia bagi delegasi Indonesia di ajang kompetisi internasional tanpa Bahasa Inggris?. Tentunya, mengaharumkan nama Indonesia pada kompetisi internasional akan sangat sulit jika finalis tidak berbekal kecakapan Bahasa Inggris, sebagaimana bahasa ini telah disepakati sebagai Bahasa komunikasi internasional (Lingua franca). Siswa yang berbakat pada bidang matematika dan ilmu lainnya pun membutuhkan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar yang mungkin saja akan digunakan pada event nasional.

Generasi muda milenial justru harus terus meng-upgrade diri untuk merespon tuntutan dan arus globalisasi sehingga dapat bersaing dan turut andil dalam komunikasi, kerjasama maupun kompetisi dunia. Karena setiap bidang membutuhkan kecakapan berbahasa Inggris. Olehnya, Bahasa Inggris sebenarnya bukanlah penghalang untuk terus menggaungkan semangat nasionalisme. Sebaliknya, Bahasa Inggris menjadi salah satu kunci kesuksesan dan kemajuan suatu negara.

Baca Juga :  Poros Timur Circular Economy

Kemudian, apa kabarnya dengan sebuah istilah “globalisasi berbasis teknologi”? Tidak bisa dipungkiri kita hidup dikelilingi oleh jaringan internet yang terkoneksi dengan jaringan di seluruh dunia. Sadarkah kita jika hampir seluruh bentuk komunikasi yang digunakan baik lisan maupun tulisan dalam jaringan ini menggunakan bahasa pengantar yaitu Bahasa Inggris? Lalu, bagaimana pula dengan petunjuk penggunaan alat teknologi ataupun produk industri lainnya yang sebagian juga menggunakan Bahasa Inggris?

Sebagai generasi emas bangsa, mari membuka mindset terhadap perkembangan zaman yang menuntut kita untuk semakin menjadi “smart” dalam berpikir dan mengelola kondisi dengan sebaik-baiknya. Mari memikirkan apa kabarnya bangsa kita jika sebagian besar penduduknya tidak memiliki keterampilan sedikitpun dalam berbahasa Inggris? Lalu posisi kita dimana dalam menghadapi polemik urgensi mempelajari Bahasa Inggris di Indonesia?(*)

(*) Penulis: Widya Rizky Pratiwi
Dosen Magister Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Terbuka

Baca artikel terbaru Sulselpedia di Google News