MAKASSAR – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) senantiasa didorong untuk mengembangkan daya saing di era 4.0 secara berkesinambungan melalui pemanfaatan platform digital.
Khusus di Makassar, pelaku UMKM yang telah memanfaatkan teknologi dalam menunjang kegiatan usahanya masih relatif terbatas dengan struktur di bawah 10% dari ekosistem pada segmen berklasifikasi UMKM.
Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan sumber daya penunjang pengembangan kapasitas berbasis digital, termasuk aspek permodalan, promosi hingga penguatan kualitas produk yang memiliki daya saing. Merujuk pada data Dinas Koperasi dan UMKM Kota Makassar, jumlah pelaku UMKM sebanyak 16.492 yang bergerak pada beragam sektor.
UMKM di Makassar sejatinya memiliki ceruk potensi yang luar biasa karena memiliki fundamental bisnis yang kuat serta relatif memiliki segmen pelanggan yang konsisten dan militan.
Untuk skala lebih luas, pengembangan kapasitas pelaku UMKM berbasis digital diproyeksikan pula mampu menjadi solusi dalam penyediaan lapangan kerja dan pemangkasan angka pengangguran. Tidak hanya itu, dorongan digitalisasi dalam operasional pelaku UMKM bakal lebih mengatrol daya tumbuh dan kapasitas segmen tersebut.
Kondisi tersebut kemudian menjadi landasan berbagai pihak mendorong UMKM di Makassar agar mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dalam menunjang daya ungkit untuk berdampak pada daya tumbuh.
Ketua DPRD Makassar Rudianto Lallo menilai sudah saatnya para pelaku usaha untuk memanfaatkan teknologi dalam mengelola usahanya. Pasalnya, saat ini belum banyak pelaku UMKM yang sadar akan manfaat teknologi.
“Saat ini pasar sudah banyak dilakukan secara digital. Sayangnya sebagian besar UMKM kita belum melek teknologi,” katanya saat menjadi pembicara dalam Diskusi ‘Menakar Daya Tumbuh UMKM Makassar di Era Digital, Jumat (22/11/2019).
Kemudian pada sisi lain, dia juga mengajak seluruh elemen termasuk pihak korporasi semakin aktif untuk memberikan fasilitasi akses digital terhadap pelaku UMKM di kota ini sehingga lebih atraktif menghadap persaingan di era digital.
Salah satunya dimanifestasikan oleh
Sampoerna Retail Community (SRC) yang telah mengembangkan inovasi baru untuk menjawab tantangan di era digital dengan meluncurkan aplikasi AYO SRC, Pojok Lokal dan identitas baru.
Tidak hanya merangkul UMKM yang berbasis di Makassar, tetapi juga membuka ruang kolaborasi bagi pelaku segmen UMKM dari seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Selatan.
Ini merupakan upaya untuk membuka peluang kerja sama dan akses pasar tanpa batas bagi pelaku usaha retail dan pelaku UMKM lokal.
Adapun Sampoerna Retail Community (SRC) adalah bentuk dukungan pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UMKM) sektor retail dari PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna).
Khusus untuk aplikadi AYO SRC adalah inovasi untuk memudahkan akses para anggota SRC untuk saling berbagi ilmu bisnis, mendapat informasi mengenai pembinaan UKM Sampoerna, dan memudahkan proses pengelolaan toko. Melalui ini, Sampoerna ingin seluruh SRC menjadi lebih dikenal.
“Kami memandang UMKM di Makassar dan Sulsel secara umum memiliki ceruk potensi yang teramat besar terutama dengan optimasi berbasis digital pengembangan bisnis dan penciptaan peluang. SRC pun hadir untuk fasilitasi tersebut,” kata Manager Regional Relation & CSR East Sampoerna Arga Prihatmoko dalam keterangan, Jumat (22/11/2019).
Dia menguraikan, serangkaian langkah itu bertujuan agar UMKM terutama pada klasifikasi toko kelontong hasil binaan Sampoerna dapat beradaptasi dengan perkembangan masa kini. Dengan meluncurkan identitas baru, SRC mendorong lebih banyak keikutsertaan para pelaku usaha retail lainnya dalam pengembangan potensi lokal.
Kemudian, pojok Lokal adalah salah satu bentuk dukungan terhadap UKM lokal sebagai wadah promosi di daerah setempat.
SRC mengajak masyarakat sekitar untuk berbelanja di toko kelontong yang lebih dekat dari rumah mereka sebagai salah satu upaya mendorong ekonomi kerakyatan di daerah melalui slogan “Berbelanja Dekat Rumah”.
“Dengan inovasi yang kami lakukan tahun ini, kami berharap keberadaan SRC di Makassar maupun Sulsel serta di Indonesia ini membawa perubahan untuk mengembangkan usaha toko kelontong yang pada akhirnya membawa manfaat bagi komunitas, meningkatkan daya saing usaha, serta mampu menggerakkan roda ekonomi di daerah masing-masing,” jelasnya
Sejak terbentuk pada tahun 2008, kini jaringan SRC sudah mencapai lebih dari 105.000 toko kelontong yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan.
Guna lebih meningkatkan literasi terhadap UMKM agar lebih melek digital, SRC menjadwalkan penyelenggaraan Festival SRC Indonesia pada 30 November 2019 mendatang bertempat di Anjungan Pantai Losari.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Makassar Evi Aprilia mengatakan
sejak menjabat sebagai kepala dinas, sudah banyak produk Makassar yang menembus pasar internasional terutama pada UMKM yang memanfaatkan akses digital.
“Bahkan ada hasil UMKM yang telah dijual ke luar negeri. Seperti makanan kering atau cemilan seperti kerupuk,” ungkapnya
Selain itu, lanjut dia UMKM Makassar yang berbasis pada toko ritel konvensional juga mulai melek teknologi sehingga banyak memanfaatkan digitalisasi untuk lebih meningkatkan usaha untuk penjualan dan sebagainya. (*)