Sulselpedia.com – Pembicaraan nikah muda di kegiatan Talkshow Kepenulisan dan Launching Buku Karunia & Cinta oleh Penerbit MIB Indonesia sangat menarik sehingga banyak peserta yang ingin bertanya kepada penulisnya, Eka Ekfatihah.
“Di Bone, kota terpencil menurut saya, yang hampir semuanya nikah muda, saya ingin menunjukkan bahwa Orang Bone juga bisa dan dapat meraih cita-citanya seperti anak kota pada umumnya,” ucap pemilik akun instagram @ekaekfatihah, Penulis Karunia & Cinta, Minggu (27/3).
Walau Warkop DG. Sija sudah waktunya tutup karena jam menunjukkan pukul 22.00 WITA kegiatan ini terus berlangsung karena selain suasana warkop yang sangat mendukung, juga pembahasan yang sangat menarik ditambah antusias peserta offline sekitar 20an maupun peserta online di live instagram @mib_bookcorner terus melempar pertanyaan.
Ratu Balqis, Pegiat Literasi Makassar yang diundang sebagai moderator kali ini.
Ratu sangat lincah membuat pertanyaan dan mengelola pernyataan dengan baik sehingga menambah keseruan kegiatan ini.
Giliran Talkshow Kepenulisan Novel yang dibawakan oleh Tetta Sally, Penulis Novel ‘Perempuan Dilarang Bahagia’.
“Tips menulis novel yakni perbanyaklah patah hati. Tulisan yang paling indah adalah tulisan yang lahir dari patah hati. Patah hati dalam hal ini bukan hanya kepada seseorang yang kita cintai, bisa juga patah hati kepada teman, pemerintah, lingkungan, keluarga, bahkan kepada diri sendiri,” kata Tetta.
Ainun Mubin Misbah, salah satu anggota Pecandu Aksara yang menjadi Finalis Duta Baca Sulawesi Selatan bertanya, mengapa Tetta Sally memilih berpindah dari penulis nonfiksi ke fiksi.
“Dulu saya penulis nonfiksi saat kuliah, lalu saat bergabung di FLP dan Pecandu Aksara saya memilih hijrah ke penulisan fiksi. Alasannya cukup sederhana, karena dengan menulis fiksi (novel atau cerpen) saya merasa menjadi Tuhan,” ungkap Tetta.
Ratu Balqis selanjutnya berfokus pada Aurora Rahmah sebagai Pimpinan Redaksi MIB Indonesia.
“Kenapa hingga saat ini masih mau bergelut di dunia penerbitan & editor apalagi masa pandemi? Di mana diketahui secara umum penghasilan yang didapatkan sangat minim,” tanya Fachri Djaman, Founder MIB & GengTV yang dilayangkan untuk Aurora.
Ada tiga alasan mengapa Aurora tetap bertahan di dunia penerbitan.
“Ada tiga alasan, 1 karena cinta, 2 IQRA, dalam Alquran kita dianjurkan membaca, ‘bagaimana orang membaca kalau tidak ada fasilitator pembuat buku?’ 3 karena hobi yang dibayar, saya suka membaca, dan saat saya mengedit, jelas saya membaca, membaca yg dibayar, tidak lepas pula, pekerjaan saya bukan cuman satu, ada beberapa usaha, kerja juga dengan skill yang lain, untuk menyeimbangi omset di Penerbitan dan kebutuhan hidup,” jawab Rahmah, sebagai editor sekaligus Pimpinan Redaksi Penerbit MIB Indonesia.
Foto bersama tak terelakkan lagi jika sudah berkumpul satu sama lain sebagai rutinitas wajib setelah kegiatan berakhir.(*)
(*)Citizen jurnalis: Suci Muslimah Namri (Anggota Komunitas Pecandu Aksara)