Nengah juga menuturkan bahwa meski pandemi Covid-19 juga mewabah di wilayah Sulawesi Tengah, namun kondisi tersebut tidak terlalu mengganggu aktivitas ekspor dari wilayah ini.
“Dampaknya tidak terlalu signifikan karena barang yang diekspor adalah komoditas agro, jadi kebutuhannya masih tetap banyak walau sedang pandemi,” tukasnya.
Apalagi, rerata eksportir sudah memiliki perjanjian kontrak perdagangan dengan buyer di luar negeri. Ditambah lagi produksi terutama untuk getah pinus masih aman sebab Sulteng masih zona hijau, sehingga karyawan pabrik masih bisa bekerja dengan aman.
Meski begitu, Nengah mengakui jika impor yang melalui Pelabuhan Pantoloan mengalami penurunan karena pengaruh pandemi. “Sebab banyak pembangunan yang telah diprogramkan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu jadi tertunda karena adanya wabah Covid-19 ini. Itu yang menyebabkan impor melalui Pantoloan turun karena belum ada pengiriman barang dari luar negeri yang akan digunakan untuk mewujudkan program KEK Palu. Tetapi semoga tahun depan [impor] mulai menggeliat lagi seiring berjalannya pembangunan di KEK Palu,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Sulteng, Longki Djanggola menyambut baik dan mendukung penuh upaya Pelindo IV menghadirkan direct export melalui Pelabuhan Pantoloan yang selama ini menjadi ikon di wilayah Sulawesi Tengah.
“Terima kasih kepada Pelindo IV. Apapun upaya yang dilakukan demi memajukan daerah ini, akan selalu didukung sepenuhnya,” kata Longki.
Senada dengan GM Pelindo IV Cabang Pantoloan, Gubernur Sulteng juga mengatakan bahwa sebenarnya selama ini telah cukup banyak komoditas unggulan asal wilayah ini yang dikirim ke luar negeri.
“Hanya saja semua itu tidak pernah tercatat sebagai ekspor dari Sulteng. Semoga dengan direct export dari Pantoloan yang digagas Pelindo IV ini, angka ekspor Sulteng akan terus meningkat mulai hari ini,” pungkasnya.(*)