Hari ke-3 Lebaran Mendag Kembali Gelar Operasi Pasar Gula Pasir

(Dok/Humas Kemendag)

Sulselpedia.com, Bekasi – Dengan komitmen yang tinggi dan tak kenal lelah di era pandemi COVID-19, pada hari ketiga Lebaran, dalam suasana masih silaturahmi Lebaran, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto kembali masuk pasar, mengecek ketersediaan dan memastikan harga-harga barang kebutuhan pokok tetap stabil sehingga terjangkau oleh masyarakat kebanyakan.

Meski dalam pandemi COVID-19, pasar rakyat harus tetap beroperasi melayani masyarakat dan menjalankan Protokol Kesehatan dengan disiplin dan penuh tanggung jawab untuk kesehatan bersama.

Pagi ini, Mendag Agus Suparmanto blusukan ke Pasar Jatinegara Jakarta dan kemudian Pasar Baru Bekasi untuk melakukan Operasi Pasar Gula (OPG) yang dijual sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp12.500/kg dan sekaligus memonitor perkembangan harga barang kebutuhan pokok.

“Saya kembali memantau stok dan harga kebutuhan pokok di pasar secara langsung. Sampai H+3 Lebaran ini, harga-harga relatif masih stabil dan bahkan cenderung turun untuk beberapa komoditi seperti bawang putih dan bawang bombai. Bawang merah yang masih tercatat tinggi sekitar Rp60.000/kg karena berkurangnya produksi. Sehingga produksi ini yang akan terus digenjot untuk menstabilkan harga,” tegas Mendag Agus di Pasar Baru Bekasi Jawa Barat Selasa (26/5).

Baca Juga :  Update Covid-19 30 Mei : 10 Provinsi 0 Penambahan Kasus

Dalam pemantauan di Pasar Jatinegara Jakarta dan Pasar Baru Bekasi, Jawa Barat, harga-harga barang kebutuhan pokok umumnya relatif stabil seperti beras, minyak goreng, tepung terigu, kedelai, daging sapi, telur ayam ras, dan cabai merah keriting. Bahkan beberapa komoditi telah mengalami penurunan yang cukup signifikan di atas 5 persen yaitu cabai rawit merah dan bawang putih. Namun demikian beberapa komoditi masih mengalami kenaikan yaitu daging ayam, bawang merah, dan cabai merah besar.

Peninjauan pasar ini juga dihadiri Walikota Bekasi Rahmat Effendi, Satgas Pangan Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga, dan Dirjen PDN Suhanto, Dirjen Daglu Indrasari Wisnu Wardhana, Dirjen PKTN Veri Anggrijono, Direktur Bapokting Susi Herawaty, Direktur Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Ojak Simon Manurung, serta Kepala Biro Humas Kemendag Olvy Andrianita.

Sementara itu, dalam Operasi Pasar Gula di Pasar Jatinegara yang dilakukan sebanyak 12 ton dan di Pasar Baru Bekasi sebanyak 4 ton bekerja sama dengan dua perusahaan yaitu PT Adikarya Gemilang dan PT Priscolin.

“Operasi pasar gula akan terus dilakukan. Di Pasar Baru Bekasi ini akan dipasok 4 ton setiap hari sampai harga turun dan stabil,” Mendag Agus.

Baca Juga :  Bupati Sidrap Ikuti Video Conference Wagub Sulsel Bahas Penanganan Covid-19

Sebagai catatan, sampai saat ini, total jumlah volume Operasi Pasar Gula yang telah dilakukan sebanyak 36.516 ton antara lain di Kota Tangerang dan Tangerang Selatan (Banten), Bogor dan Bekasi (Jawa Barat), dan seluruh wilayah di DKI Jakarta, Kota dan Kabupaten Malang (Jatim), Bandar Lampung (Lampung), Jambi serta Riau (Kepri).

“Dengan demikian saya pastikan stok gula untuk seluruh wilayah di Indonesia pada masa Lebaran ini sampai masa panen tebu rakyat tiba, dapat dipastikan cukup dan harga terjangkau masyarakat,” ujar Mendag Agus.

Berdasarkan pantauan Kementerian Perdagangan per 26 Mei 2020, harga rata-rata nasional gula pasir saat ini telah mengalami penurunan sangat signifikan lebih dari 10,38% dibandingkan pada bulan sebelumnya. Bahkan, di pasar ritel modern, harga gula tetap stabil normal sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp12.500/kg. Harga rata-rata nasional sudah berada pada kisaran Rp14.000 hingga Rp16.500/kg.

Pada kesempatan terpisah saat jelang Lebaran, Mendag Agus mengungkapkan hasil evaluasi sementara, tentang masih tingginya harga gula pasir di masyarakat.

Pertama, bergesernya musim giling tebu rakyat yang biasanya dimulai di bulan Maret bergeser menjadi bulan Juni akibat adanya perubahan iklim.

Baca Juga :  [UPDATE] Bertambah 973 Orang, Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Kamis 21 Mei Mencapai 20.162

Kedua, adanya mata rantai distribusi yang cukup panjang untuk sampai ke tangan konsumen.

Ketiga, ada pelaku bisnis gula nakal baik produsen, distibutor, maupun pedagang di pasar yang terbukti menahan gula dan mempermainkan harga apalagi di tengah kondisi pandemi COVID-19 seperti saat ini.

Keempat, belum maksimalnya realisasi impor oleh pabrik gula berbasis tebu sehingga jadwal produksi dan distribusi gula pasir ke masyarakat mengawali pergeseran jadwal. Pasokan impor gula mentah sebagai bahan baku gula pasir yang semula diperkirakan akan masuk di Indonesia pada Maret dan April 2020 bergeser menjadi Mei dan Juni 2020. Begitu juga impor gula pasir langsung (GKP) oleh Bulog juga baru terealisasi bulan Mei dan Juni 2020.

“Menurut evaluasi sementara, pergeseran ini terjadi akibat beberapa negara tujuan impor juga menjalankan lockdown atau karantina wilayah untuk mengurangi penyebaran COVID-19. Selain itu importir juga kesulitan mencari transportasi angkutan karena adanya protokol kesehatan yang harus diikut di negara asal impor sehingga kondisi memicu pergeseran,” ungkapnya.(*)

Baca artikel terbaru Sulselpedia di Google News