SULSELPEDIA – Direktur Eksekutif Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kolaka, Rahmat Anzari, resmi meraih gelar Doktor pada Program Studi Doktor Fakultas Kesehatan Masyarakat, Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin (Unhas), pada Selasa (21/10).
Dalam disertasinya, Rahmat — yang akrab disapa Rahmat — mengangkat topik berjudul Model Kawasan Pertambangan Nikel Sehat dan Berkelanjutan di Kabupaten Kolaka.
Penelitian tersebut berfokus pada upaya membangun model pengukuran yang mampu menilai keberlanjutan kawasan pertambangan nikel secara komprehensif.
Rahmat menjelaskan, pertumbuhan industri pertambangan nikel di Indonesia, khususnya di Kabupaten Kolaka, membawa tantangan yang kompleks terhadap aspek lingkungan, sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat.
“Model ini kami kembangkan untuk menjawab kebutuhan akan instrumen evaluasi yang lebih integratif, yang melibatkan perspektif perusahaan dan masyarakat,” ujarnya.
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama merupakan eksplorasi kualitatif melalui wawancara mendalam, focus group discussion (FGD), dan telaah dokumen bersama berbagai pemangku kepentingan untuk merumuskan struktur awal model.
Dari tahap ini diperoleh 12 dimensi dan 71 indikator awal.
Tahap kedua dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA), Exploratory Factor Analysis (EFA), dan Structural Equation Modeling – Partial Least Square (SEM-PLS).
Sebanyak 547 responden dari kalangan perusahaan dan masyarakat lingkar tambang turut berpartisipasi dalam tahap validasi ini.
Hasil analisis menunjukkan model yang kuat dan signifikan (R² = 1.000), dengan komposisi sembilan dimensi perusahaan dan tiga dimensi masyarakat.
Model tersebut kemudian diberi nama Model Kawasan Pertambangan Nikel Sehat dan Berkelanjutan.
Tahap ketiga dilakukan dengan mengimplementasikan model pada dua perusahaan tambang nikel di Kolaka, yakni PT Ceria Nugraha Indotama dan PT Antam UBPN Kolaka, dengan melibatkan 400 responden.
Hasilnya, kedua perusahaan memperoleh kategori Aditama (terbaik). Dimensi dengan kontribusi tertinggi berasal dari aspek sosial, pemberdayaan masyarakat, dan keselamatan kerja.
“Sementara itu, dimensi reklamasi pascatambang, tata kelola perusahaan, dan penguatan kapasitas masyarakat menunjukkan skor kontribusi terendah,” katanya.
Rahmat menyimpulkan, model ini dapat menjadi instrumen evaluasi berbasis data empiris dan partisipatif yang mengintegrasikan persepsi internal perusahaan serta eksternal masyarakat.
“Model ini dapat digunakan sebagai alat ukur kinerja keberlanjutan dan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam merancang kebijakan pembangunan kawasan industri tambang yang sehat dan inklusif,” ujarnya.
Promotor dalam penelitian ini adalah Prof. Sukri Paluturi, SKM., M.Kes., M.Sc.PH., Ph.D, dengan Prof. Dr. Atjo Wahyu, SKM., M.Kes. dan Prof. Yahya Thamrin, SKM., M.Kes., MHOS., Ph.D. sebagai ko-promotor.
Tim penguji terdiri atas Prof. Dr. Dede Anwar Musadad, SKM., M.Kes. (BRIN RI), Prof. Dr. Anwar Daud, SKM., M.Kes., Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, SH., MH. (pakar hukum pertambangan), serta Dr. Agus Bintara Birawida, S.Kel., M.Kes.(**)