Sulselpedia.com – Social Project Nala Bumintara secara resmi diluncurkan dalam skala regional di Makassar. Penyelenggaraan acara ini merupakan lanjutan dari dari launching skala nasional Social Project yang dilaksanakan pada akhir Januari 2021 lalu.
Program ini merupakan wujud komitmen dari serangkaian program social project yang dirancang oleh anggota Komunitas Penerima Beasiswa Angkatan 168 LPDP Republik Indonesia, Nala Buminatara.
Acara pembukaan yang dilaksanakan secara luring dengan menerapkan protokol kesehatan kala pandemi dan juga daring ini dihadiri oleh 40 peserta pelatihan yang merupakan warga Kecamatan Tallo. Para peserta memiliki latar belakang kontribusi aktif terhadap perekonomian masyarakat sekitar yang erat hubungannya dengan pengelolaan limbah rumah tangga.
Kegiatan social project yang dilaksanakan di Makassar dikhususkan pada pemulihan ekonomi masyarakat melalui pelatihan – pelatihan yang diberikan kepada masyarakat yang berada di Kelurahan Rappokalling dan beberapa kelurahan lain di Kecamatan Tallo, Makassar yang merupakan kelurahan sebagai muara pembuangan sampah.
Acara ini dibuka oleh Ketua Angkatan dari Komunitas Penerima Beasiswa Angkatan 168 LPDP RI, M. Revaldi Akbar dan dilanjutkan oleh Ketua Panitia Social Project Nala Bumintara, Anita Rahma Yani. Sambutan berikutnya disampaikan oleh Camat Tallo, Kota Makassar, A. Zainal Abidin Takko, S.E.
“Pelatihan pengolahan sampah merupakan hal yang penting di kala pandemi karena terjadi penurunan pendapatan ekonomi. Kelurahan Rappokalling sendiri merupakan bagian dari Kecamatan Tallo,” ujar Zainal Abidin.
Dikutip dari data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Badan Pusat Statistik Makassar, Kecamatan Tallo merupakan salah satu dari 14 Kecamatan di Kota Makassar yang berbatasan di sebelah utara dengan Selat Makassar dan di sebelah barat dengan Kecamatan Bontoala dan Kecamatan Ujung Tanah.
Dalam sumber BPS yang sama menunjukkan posisi Kelurahan Rappokalling sendiri menjadi salah satu kelurahan dengan jumlah kepadatan penduduk yang cukup tinggi dibandingkan dengan kelurahan – kelurahan lain yang ada di Kecamatan Tallo, yakni 15.030 penduduk pada tahun 2018.
“Peningkatan perekonomian masyarakat dan pengolahan limbah menjadi sesuatu yang bernilai menjadi dua poin penting dari program social project ini, tentunya kami mengapresiasi dan ini adalah bekal penting di kala pandemi,” katanya.
Acara dilanjutkan dengan pelatihan pengolahan plastik menjadi produk yang nantinya bisa dijual di kala pandemi ini. Antusiasme peserta pelatihan cukup tinggi dibuktikan dari keaktifan peserta untuk berinteraksi dengan pemandu pelatihan dari Forum Komunikasi Bank Sampah (FKBS), Kecamatan Tallo.
Aktivitas ekonomi Kecamatan Tallo yang juga tidak terlepas dari interaksi sosial antar 14 Keluruhan, 465 RT, dan 77 RW. Sudah menjadi sebuah fakta lama pada masyarakat sekitar bahwa di beberapa kelurahan juga acapkali disebut kampung payabo atau pemulung atau pelestari limbah. Hingga saat ini tidak sedikit pula masyarakat yang masih bertahan dengan mata pencahariannya sebagai seorang pelestari.
Program pemulihan ekonomi warga Kelurahan Rappokalling sebagai bagian dari Kecamatan Tallo sendiri didasarkan pada fakta adanya penurunan harga penjualan sampah sebagai efek dari menurunnya mobilitas dan konsumsi masyarakat.
Angkatan penerima beasiswa Angkatan 168 LPDP RI terdorong untuk memberikan pelatihan daur ulang sampah dan penjualan sampah pada masyarakat Kelurahan Rappokalling sebagai salah satu pemberdayaan keahlian untuk menjalankan alternatif peluang usaha lain yang lebih memiliki daya jual tinggi.(*)