Sulselpedia.com, Jakarta – Munculnya pandemi virus korona atau Covid-19 menimbulkan nasionalisme baru di kalangan bangsa-bangsa di dunia. Karena hampir semua negara bicara atas nama negaranya sendiri-sendiri, ingin menyelamatkan negaranya, tidak lagi bicara lintas negara, lintas kebangsaan, tetapi semua berjuang agar negaranya selamat dan tertolong, serta mendapat fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk menyelamatkan bangsanya dari Covid-19.
Demikian pernyataan yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Moh. Mahfud MD pada acara Silaturrahmi KMA-PBS secara virtual, Senin (25/05/2020).
“Saya teringat ketika awal-awal meledaknya Covid-19 ini di awal Maret. Karena perkembangannya dari hari ke hari itu luar biasa, masif, penyebarannya cepat, kita pada waktu itu kelimpungan karena kekurangan Alat Pelindung Diri (APD), kekurangan alat-alat kesehatan Rapid Test, PCR, dan sebagainya. Yang terjadi pada waktu itu, kita menghubungi semua negara yang punya pabrik alat-alat kesehatan dan obat-obatan, itu rebutan, semua negara berebut, berapa pun harganya berebut, termasuk Indonesia, Indonesia bersaing dengan Amerika, India, dengan berbagai negara lain, dimanapun alatnya itu ada, mau kita beli dan kita tidak nawar. Kenapa? Karena kita berfikir bangsa kita harus selamat. Negara lain juga begitu, jadi rebutan, barangnya kurang, disitulah kemudian terasa bahwa kita ini sebagai bangsa kemudian terpanggil solidaritas kebangsaannya dan negara lain juga bicara bangsanya sendiri,” kata Menko Polhukam Mahfud MD.
Selain itu, kondisi ekonomi nasional yang mulai ambruk pun kini bertumpu pada kekuatan negaranya masing-masing. Di kalangan masyarakat Indonesia misalnya, tumbuh industri-industri untuk membuat alat-alat kesehatan sendiri. Ada juga berbagai kampus dengan semangat nasionalismenya membuat rancangan APD, rancangan ventilator, alat-alat tes kesehatan. Kemudian timbul gerakan-gerakan solidaritas pembangunan ekonomi bersama, sehingga itu juga dikatakan indikator munculnya nasionalisme baru.
“Nasionalisme baru dipicu oleh kenyataan bahwa Covid-19 ini tidak mengenal partai, tidak mengenal ideologi, apakah itu penganut ideologi Pancasila, kapitalisme, komunisme, semua diserang. Partainya yang dari Golkar diserang, dari Partai PDIP diserang, semua diserang, DPR juga, eksekutif, legislatif, dokter pun diserang. Sehingga, kemudian kita dalam berjuang melawan covid tidak lagi memikirkan sekat-sekat kebangsaan kita, sub kebangsaan kita,” kata Menko Polhukam Mahfud MD.
“Oleh karena itu dengan segala kejelekannya, sangat mematikan, dan sangat mengancam, Covid-19 ini ternyata menjadi stimulus bagi kebersatuan kita dalam menghadapinya bersama-sama tanpa pijakan ideologis dan partai apapun,” sambungnya.
(kominfo RI)